Rabu, 20 November 2019

Perawatan Fissure Sealent


A.      Definisi
Pit dan fissure sealant adalah suatu tindakan pencegahan karies pada gigi yang secara anatomis mempunyai pit dan fissure yang dalam yang karenanya lebih gampang terserang karies, untuk dibentuk kembali dan diisi dengan bahan sealant agar gigi tersebut menjadi lebih tahan terhadap serangan karies gigi. Hal ini sering kita temui pada gigi geraham, gigi geraham adalah gigi belakang di dalam rongga mulut kita yang  mempunyai peranan sangat penting yaitu untuk melakukan pengunyahan di permukaannya yang lebar untuk menghaluskan partikel makanan yang sudah kita potong dengan gigi depan. Sang geraham mempunyai peranan dan bentuk istimewa yang kemudian menghadirkan kelebihan dan juga kendala yang harus kita atasi dengan bijaksana agar fungsi dan keberadaannya dapat terjaga dengan baik.
Posisi gigi geraham dalam rongga mulut yang sulit terjangkau juga menyulitkan pembersihan dengan sikat gigi. Beberapa karakteristik gigi geraham yang perlu kita pahami yaitu permukaan kunyahnya luas dan tidak rata, terdapat pit (titik) dan fissure (garis) yang dalam sehingga sulit terjangkau dan menjadi tempat persembunyian kuman yang nyaman.
Pit adalah bagian dari permukaan gigi yang berupa titik terdalam yang berada pada pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi. Macam pit dan fisura bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I (bentuk seperti leher  botol). Bentuk pit dan fisura bentuk U cenderung dangkal, lebar sehingga mudahdibersihkan dan lebih tahan karies. Sedangkan bentuk pit dan fisura bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok sehingga lebih rentan karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak, mikroorganisme dan debris. Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi pada tiap individu.





Sejumlah pilihan perawatan bagi para dokter gigi dalam merawat pit dan fisura, meliputi:
a.    Melalui pengamatan (observasi), menjaga oral higiene, dan pemberian fluor
b.    Pemberian sealant.
Upaya pencegahan terjadinya karies permukaan gigi telah dilakukan melalui fluoridasi air minum, aplikasi topikal fluor selama perkembangan enamel,dan program plak kontrol. Namun tindakan ini tidak sepenuhnya efektif menurunkan insiden karies pada pit dan fisura, dikarenakan adanya sisi anatomi gigi yang sempit.
Pemberian fluor secara topikal dan sistemik, tidak banyak berpengaruh terhadap insidensi karies pit dan fisura. Hal ini karena pit dan fisura merupakan daerah cekungan yang dalam dan sempit. Fluor yang telah diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah karies. Pemberian fluor ini terbukti efektif bila diberikan pada permukaan gigi yang halus, dengan pit dan fisura minimal.
Tujuan sealant pada pit dan fisura adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan fisura pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanent. Area tersebut diduga menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis.
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
a.         Pit dan fissura yang dalam, pit dan fisura retentif.
b.         Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal.
c.         Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya.
d.        Tidak adanya karies interproximal.
e.         Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva.
f.          Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.

Kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah :
a.         Self cleansing yang baik pada pit dan fisura.
b.   Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan   perawatan.
c.         Banyaknya karies interproximal dan restorasi.
d.        Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
e.         Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya diperhatikan. Umur anak berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Dalam dekade terakhir ini, “Restorasi Resin Preventif” telah diajukan sebagai upaya untuk menanggulangi karies dini di fisur. Bahan penutup pit dan fissure sekarang ini merupakan cermin kemajuan kedokteran gigi pencegahan yang menarik sekali karena bahan ini mencoba mencegah karies pada daerah yang kecil sekali dipengaruhi oleh fluor sistemik maupun topikal.
Fisur merupakan daerah yang sedikit sekali kebagian manfaat flouridasi air minum. Fisur anak-anak yang tiap harinya minum air yang ditambahi flour pun tetap rentan terhadap karies.  Sehingga aplikasi bahan penutup fisur untuk mencegah berkembangnya karies di fisur akan sangat bermanfaat.
Berdasarkan bahan dasarnya, Sealant dibedakan menjadi :
1.         Bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA).
2.         Cyanoacrylate, Polyurethane (semen glass-ionomer).

Berdasarkan teknik polimerisasi bahan dasar sealant,  dibedakan menjadi :
1.         Bahan Penutup Fisur Polimerisasi Cahaya Ultra Violet.
2.         Bahan Penutup Fisur Polimerisasi Cahaya Biasa.
3.         Bahan Penutup Fisur Polimerisasi Kimia.
Dari data klinis yang diperoleh oleh berbagai ahli, didapatkan dari bahan–bahan sealant diatas, yang paling berhasil adalah sealant yang bahan dasarnya dari resin Bis-GMA dan semen glass ionomer.
Sealant pada gigi telah terbukti memiliki keefektifan tinggi dalam pencegahan karies oleh bahan sealant didasarkan penutupan pit dan fisura sehingga mikroflora dalam pit dan fisura tidak dapat menjangkau nutrisi yang dibutuhkan. Retensi adekuat sealant diperlukan untuk menutupi permukaan gigi terutama pada area yang dalam, pit dan fisura yang tidak teratur, dan aplikasinya dilakukan pada daerah yang bersih dan kering saat prosedur dilakukan. Sealant berbasis resin memiliki kemampuan retensi yang lebih baik daripada glass ionomer. Bahan sealant berbasis resin digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar, dan mahkota gigi telah erupsi sempurna. Bahan sealant semen ionomer kaca digunakan pada gigi dengan beban kunyah ringan, dan mahkota gigi belum erupsi sempurna.
Pada gigi permanen sebaiknya digunakan bahan sealant berbasis resin karena mampu nenahan beban kunyah yang besar pada gigi pemanen. Aplikasi bahan ini membutuhkan waktu yang lama sehingga sebaiknya dilakukan pada pasien yang kooperatif. Pada anak-anak dengan kemampuan memelihara oral hygiene rendah sebaiknya digunakan bahan sealant semen ionomer kaca. Bahan ini memiliki kemampuan melepaskan fluor sehingga memiliki sifat anti karies. Untuk mengetahui apakah kita membutuhkan sealant untuk geraham kita danbahan sealant apa yang cocok untuk kita, dapat kita diskusikan dengan dokter gigi kita.

B.       Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
Sebelum mengaplikasian Bahan Sealant kepermukaan gigi maka ada beberapa tahapan harus
dilakukan sebagai syarat berhasilnya Fissure Sealant antara lain :
1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan brush dan pumis.
Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi:
a.    Memiliki kemampuan abrasif ringan.
b.    Tanpa ada pencampur bahan perasa.
c.    Tidak mengandung minyak.
d.   Tidak mengandung Fluor.
e.    Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain.
f.     Memiliki kemampuan poles yang bagus.
2.    Bilas dengan air   
Syarat air:
a.    Air bersih.
b.    Air tidak mengandung mineral.
c.    Air tidak mengandung bahan kontaminan.
3.    Isolasi gigi
            Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam.
4.    Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
a.    Udara harus kering.
b.    Udara tidak membawa air (tidak lembab).
c.    Udara tidak mengandung minyak.
d.   Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan gigi.
5.    Lakukan pengetsaan pada permukaan gigi
a.    Lama etsa tergantung petunjuk pabrik
b. Jika jenis etsa yang digunakan adalah gel, maka etsa bentuk gel tersebut harus   dipertahankan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup.
c.    Jika jenis etsa yang digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk cair tersebut harus   terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup.
6.    Bilas ulang dengan air selama 60 detik
7.    Pengeringan dengan udara setelah pengetsaan permukaan pit dan fisura
a.       Syarat udara sama dengan point 3.  
b.   Cek keberhasilan pengetsaan dengan mengeringkannya dengan udara, permukaan   yang  teretsa akan tampak lebih putih
c.       Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa
d.      Letakkan cotton roll baru, dan keringkan
e.       Keringkan dengan udara selama 20-30 detik
8.    Aplikasi bahan sealant
a.    Self curing : campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi selama   60-90 detik.
b.    Light curing : aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi penyinaran pada   bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik.
9.    Evaluasi permukaan oklusal
a.    Cek oklusi dengan articulating paper
b.    Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding).


Mengenal Gingivitis


Apa Itu Gingivitis ?
Gingivitis adalah inflamasi pada gingiva, dimana gingiva terlihat kemerahan, adanya pembengkakan dan mudah berdarah. Penyebab gingivitis adalah akumulasi plak dalam waktu yang cukup lama yang mengelilingi gigi. Gingivitis palig sering dijumpai dalam keadaan kronis dan tanpa sakit, tetapi episode akut dan sakit dapat menutupi keadaan kronis tersebut. Keparahannya sering kali dinilai berdasarkan perubahan-perubahan warna , kontur, konsistensi dan adanya perdarahan.



Apa Saja Tanda-Tanda Gejala Gingivitis ?
·       Gusi berwarna kemerahan, bengkak, dan terasa lunak ketika disentuh dengan lidah atau tangan.
·       Gusi turun atau menyusut.
·       Gusi kendur, bergeser, atau bahkan lepas.
·    Gusi mudah berdarah saat Anda menyikat gigi atau menggunakan benang gigi Kadang terlihat   warna kemerahan pada bulu sikat atau benang gigi.
·       Perubahan warna gusi dari merah muda segar menjadi merah kehitaman.
·       Bau mulut yang tidak hilang-hilang, atau rasa tidak enak di mulut.
·   Nyeri intens dan tajam ketika membuka mulut untuk mengunyah, menggigit, atau bahkan       berbicara.

Apa Penyebab Gingivitis ?
Gingivitis sering dijumpai karena akumulasi plak supragingiva dan tepi gingiva, terdapat hubungan bermakna skor plak dan skor gingivitis. Lapisan plak pada gingiva menyebabkan gingivitis atau radang gingiva, umur plak menentukan macam kuman dalam plak, sedangkan macam kuman dalam plak menentukan penyakit yang ditimbulkan oleh plak. Plak tua adalah plak yang umurnya tujuh hari mengandung kuman coccus, filament, spiril dan spirochaeta. Plak tua ini menyebabkan gingivitis. Plak gigi terbukti dapat memicu dan memperparah inflamasi gingiva. Secara histologis, beberapa tahapan gingivitis menjadi karakteristik sebelum lesi berkembang menjadi periodontitis.

Bagaimana Cara Mengatasi Gingivitis ?
·      Menjaga kebersihan gigi dan mulut
·      Menggunakan obat pereda nyeri, obat kumur dan obat antibiotik.
·      Melakukan pembersihan gigi dengan cara scalling dan root planning.

Bagaimana Cara Mencegah Gingivitis ?
·      Rajin menggosok gigi
·      Berhenti merokok
·      Mengonsumsi makanan yan bernutrisi
·      Hindari stress
·      Rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi.

Minggu, 17 November 2019

Klasifikasi Kavitas Karies Menurut G.V BLACK

              Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah dilakukan pengelompokkan atau klasifikasi oleh G.V Black. Berikut adalah klasifikasi gigi menurut G.V. Black :

  
      1.      Kelas I.
      Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi                 posterior, gigi 4-8). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramencaecum.
      2.      Kelas II.
      Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-gigi molar atau                    premolar (gigi posterior, gigi 4-8) yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.  
     3.      Kelas III.
     Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai margo                 incisalis (belum mencapai atau incisal gigi). Lubang di permukaan gigi yang menghadap ke                 langit-langit.
     4.      Kelas IV.
     Kelanjutan Kelas III, karies telah meluas dari approximal dari gigi-gigi depan dan sudah                      mencapai margo incisalis (telah mencapai atau incisal gigi).
     5.      Kelas V.
     Karies yang terdapat pada bagia 1/3 leher gigi-gigi depanatau permukaan halus dan fasial maupun       gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. Lebih dominan               timbul dipermukaan yang menghadap ke bibir dan pipi dari pada lidah. 
     6.      Kelas VI.

      Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklosal pada gigi belakang yang disebabkan oleh        abrasi, atrisi atau erosi.


Jumat, 15 November 2019

Apa Itu Karies


1. Pengertian Karies Gigi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu emai, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad remik dalam suatu karbohidrat yang dapat di ragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi infasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebab infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.

2. Pencegahan Karies Gigi
    2.1. Pencegahan Primer (Drummond)
Pencegahan primer (Drummond) Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1.    Modifikasi diet
Untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet melalui berbagai cara yaitu :
a.      Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak, protein dan fluor. Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum memakan makanan yang manis. Protein meningkatkan urea saliva yang dapat menetralisir asam. Mengonsumsi makanan tinggi protein setelah makan karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat. Fluor dapat rnencegah terjadinya karies. Fluor secara alami terdapat dalam jumlah yang kecil pada teh dan makanan laut. Fluor dari makanan, air atau minuman melindungi gigi dari serangan asam. Fluor mempunyai efek anti bakteri dan anti plak.
b.     Mengganti gula Gula sintetik seperti saccharine dan aspartam serta gula alkohol banyak digunakan pada makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan gula alkohol bersifat noncariogenic. Contoh dari gula alkohol adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakan bentuk alkohol dari xylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik karena bakteri plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi Streptococcus mutans pada mulut.
c.         Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam.
d.        Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat sebelurn tidur.
e.     Mengombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis setelah makan protein dan lemak atau setelah konsurnsi keju setelah memakan makanan yang manis.
f.    Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi saliva dengan makanan yang dimasak.
g.    Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.
h.    Membatasi meminum minuman yang manis.
2.    Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi, obat kumur, dan tablet fluor.
3.    Pit dan fissure sealant
Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam yang beresiko terhadap karies.
4.      Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri lain selain antibiotik.

    2.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan perawatan gigi dan mulut serta penambalan pada gigi berlubang.
     2.3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan cara   perawatan pulpa (akar gigi) atau melakukan pencabutan gigi.

3. Etiologi Karies Gigi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies.
Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.



Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
    3.1. Faktor Host (Tuan Rumah)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fissure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun.
    3.2. Faktor Agent (Mikroorganisme)
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies Actinomyces.
    3.3. Pengaruh Substrat atau Diet
Faktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan atau karies gigi atau makanan yang kaya akan gula). 
    3.4. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.
Selain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baik dan diet makanan.