A.
Definisi
Pit dan fissure sealant adalah
suatu tindakan pencegahan karies pada gigi yang secara anatomis mempunyai pit
dan fissure yang dalam yang karenanya lebih gampang terserang karies, untuk
dibentuk kembali dan diisi dengan bahan sealant agar gigi tersebut menjadi
lebih tahan terhadap serangan karies gigi. Hal ini sering kita temui pada gigi
geraham, gigi geraham adalah gigi belakang di dalam rongga mulut kita
yang mempunyai peranan sangat penting yaitu untuk melakukan pengunyahan
di permukaannya yang lebar untuk menghaluskan partikel makanan yang sudah kita
potong dengan gigi depan. Sang geraham mempunyai peranan dan bentuk istimewa yang kemudian
menghadirkan kelebihan dan juga kendala yang harus kita atasi dengan bijaksana agar
fungsi dan keberadaannya dapat terjaga dengan baik.
Posisi gigi geraham dalam rongga
mulut yang sulit terjangkau juga menyulitkan pembersihan dengan sikat
gigi. Beberapa karakteristik gigi geraham yang perlu kita pahami yaitu permukaan kunyahnya luas dan tidak rata, terdapat pit (titik) dan fissure (garis) yang dalam sehingga sulit terjangkau dan menjadi tempat
persembunyian kuman yang nyaman.
Pit adalah bagian dari permukaan
gigi yang berupa titik terdalam yang berada pada pertemuan antar beberapa groove
atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi. Macam pit dan
fisura bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I (bentuk
seperti leher botol). Bentuk pit dan fisura bentuk U cenderung dangkal,
lebar sehingga mudahdibersihkan dan lebih tahan karies. Sedangkan bentuk pit
dan fisura bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok sehingga lebih
rentan karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak, mikroorganisme dan
debris. Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi pada tiap individu.
Sejumlah pilihan perawatan bagi para dokter gigi dalam merawat pit dan
fisura, meliputi:
a.
Melalui
pengamatan (observasi), menjaga oral higiene, dan pemberian fluor
b.
Pemberian
sealant.
Upaya pencegahan terjadinya
karies permukaan gigi telah dilakukan melalui fluoridasi air minum, aplikasi
topikal fluor selama perkembangan enamel,dan program plak kontrol. Namun
tindakan ini tidak sepenuhnya efektif menurunkan insiden karies pada pit dan
fisura, dikarenakan adanya sisi anatomi gigi yang sempit.
Pemberian fluor secara topikal
dan sistemik, tidak banyak berpengaruh terhadap insidensi karies pit dan fisura.
Hal ini karena pit dan fisura merupakan daerah cekungan yang dalam dan sempit.
Fluor yang telah diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah karies. Pemberian
fluor ini terbukti efektif bila diberikan pada permukaan gigi yang halus,
dengan pit dan fisura minimal.
Tujuan sealant pada pit dan
fisura adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan fisura
pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanent. Area tersebut diduga
menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara
mekanis.
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
a.
Pit dan fissura
yang dalam, pit dan fisura retentif.
b.
Pit dan fisura dengan
dekalsifikasi minimal.
c.
Karies pada pit
dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya.
d.
Tidak adanya
karies interproximal.
e.
Memungkinkan
isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva.
f.
Umur gigi
erupsi kurang dari 4 tahun.
Kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah :
a.
Self cleansing yang
baik pada pit dan fisura.
b. Terdapat tanda
klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan perawatan.
c.
Banyaknya
karies interproximal dan restorasi.
d.
Gigi erupsi
hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
e.
Umur erupsi
gigi lebih dari 4 tahun.
Pertimbangan lain dalam pemberian
sealant juga sebaiknya diperhatikan. Umur anak berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Dalam dekade terakhir ini, “Restorasi Resin Preventif” telah diajukan
sebagai upaya untuk menanggulangi karies dini di fisur. Bahan penutup pit dan
fissure sekarang ini merupakan cermin kemajuan kedokteran gigi pencegahan yang
menarik sekali karena bahan ini mencoba mencegah karies pada daerah yang kecil
sekali dipengaruhi oleh fluor sistemik maupun topikal.
Fisur merupakan daerah yang
sedikit sekali kebagian manfaat flouridasi air minum. Fisur anak-anak yang tiap
harinya minum air yang ditambahi flour pun tetap rentan terhadap karies.
Sehingga aplikasi bahan penutup fisur untuk mencegah berkembangnya karies di
fisur akan sangat bermanfaat.
Berdasarkan bahan dasarnya, Sealant dibedakan menjadi :
1.
Bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA).
2.
Cyanoacrylate,
Polyurethane (semen glass-ionomer).
Berdasarkan teknik polimerisasi bahan dasar sealant, dibedakan
menjadi :
1.
Bahan Penutup
Fisur Polimerisasi Cahaya Ultra Violet.
2.
Bahan Penutup
Fisur Polimerisasi Cahaya Biasa.
3.
Bahan Penutup
Fisur Polimerisasi Kimia.
Dari data
klinis yang diperoleh oleh berbagai ahli, didapatkan dari bahan–bahan sealant
diatas, yang paling berhasil adalah sealant yang bahan dasarnya dari resin
Bis-GMA dan semen glass ionomer.
Sealant pada
gigi telah terbukti memiliki keefektifan tinggi dalam pencegahan karies oleh
bahan sealant didasarkan penutupan pit dan fisura sehingga mikroflora dalam pit
dan fisura tidak dapat menjangkau nutrisi yang dibutuhkan. Retensi adekuat
sealant diperlukan untuk menutupi permukaan gigi terutama pada area yang dalam,
pit dan fisura yang tidak teratur, dan aplikasinya dilakukan pada daerah yang
bersih dan kering saat prosedur dilakukan. Sealant berbasis resin memiliki
kemampuan retensi yang lebih baik daripada glass ionomer. Bahan sealant
berbasis resin digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar, dan mahkota gigi
telah erupsi sempurna. Bahan sealant semen ionomer kaca digunakan pada gigi
dengan beban kunyah ringan, dan mahkota gigi belum erupsi sempurna.
Pada gigi
permanen sebaiknya digunakan bahan sealant berbasis resin karena mampu nenahan
beban kunyah yang besar pada gigi pemanen. Aplikasi bahan ini membutuhkan waktu
yang lama sehingga sebaiknya dilakukan pada pasien yang kooperatif. Pada
anak-anak dengan kemampuan memelihara oral hygiene rendah sebaiknya digunakan
bahan sealant semen ionomer kaca. Bahan ini memiliki kemampuan melepaskan fluor
sehingga memiliki sifat anti karies. Untuk mengetahui apakah kita membutuhkan
sealant untuk geraham kita danbahan sealant apa yang cocok untuk kita, dapat
kita diskusikan dengan dokter gigi kita.
B.
Teknik
Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
Sebelum mengaplikasian
Bahan Sealant kepermukaan gigi maka ada beberapa tahapan harus
dilakukan sebagai syarat berhasilnya
Fissure Sealant antara lain :
1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi
yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan brush dan pumis.
Syarat pumis yang digunakan dalam
perawatan gigi:
a.
Memiliki kemampuan abrasif ringan.
b. Tanpa
ada pencampur bahan perasa.
c. Tidak
mengandung minyak.
d. Tidak
mengandung Fluor.
e. Mampu
membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain.
f. Memiliki
kemampuan poles yang bagus.
2. Bilas
dengan air
Syarat air:
a. Air
bersih.
b. Air
tidak mengandung mineral.
c. Air
tidak mengandung bahan kontaminan.
3. Isolasi
gigi
Gunakan
cotton roll atau gunakan rubber dam.
4. Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
a. Udara
harus kering.
b. Udara
tidak membawa air (tidak lembab).
c. Udara
tidak mengandung minyak.
d. Udara
sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan
gigi.
5. Lakukan
pengetsaan pada permukaan gigi
a. Lama
etsa tergantung petunjuk pabrik
b. Jika
jenis etsa yang digunakan adalah gel, maka etsa bentuk gel tersebut harus dipertahankan
pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup.
c. Jika
jenis etsa yang digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk cair tersebut
harus terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa
telah cukup.
6. Bilas
ulang dengan air selama 60 detik
7. Pengeringan
dengan udara setelah pengetsaan permukaan pit dan fisura
a. Syarat
udara sama dengan point 3.
b. Cek
keberhasilan pengetsaan dengan mengeringkannya dengan udara, permukaan yang teretsa akan tampak lebih putih
c. Jika
tidak berhasil, ulangi proses etsa
d. Letakkan
cotton roll baru, dan keringkan
e. Keringkan
dengan udara selama 20-30 detik
8. Aplikasi
bahan sealant
a. Self
curing : campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi selama 60-90 detik.
b. Light
curing : aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi
penyinaran pada bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik.
9. Evaluasi
permukaan oklusal
a. Cek
oklusi dengan articulating paper
b. Penyesuaian
dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding).
Baca Juga :
0 komentar:
Posting Komentar